Tahu arti kerokan?hehe. Pernahkah bertanya-tanya dalam hati, mengapa
kulit yang dikerok hanya dengan mata uang logam dan balsem, minyak,
atau lotion bisa menjadi merah, dan kenapa tidak menjadi warna lain
saja, misalnya biru (seperti warna bengkak yang kita dapatkan akibat
tekanan/hantaman dari luar, kan mengerok juga sama halnya dengan
memberi tekanan pada kulit melalui mata uang logam). Mengapa hal itu
bisa terjadi?
Metode pengobatan dengan kerokan ini sudah dikenal sejak ribuan tahun
yang lalu dan dipercaya dapat memberi kesembuhan. Kerokan adalah suatu
pengobatan tradisional Jawa dengan cara menekan dan menggeserkan benda
tumpul (biasanya uang logam, atau alat bantu khusus kerok yang terbuat
dari plastik, tulang, keramik, batu giok, potongan jahe, potongan
bawang, dan lain-lain. Alat-alat tersebut harus tumpul supaya tidak
melukai kulit) pada tubuh secara berulang-ulang dengan cairan yang
licin sampai terjadi bilur-bilur berwarna merah. Fungsi cairan yang
licin ini untuk melicinkan proses kerokan sehingga menghindari
terjadinya kulit lecet, selain itu, jika dipergunakan balsem atau
minyak, dapat juga untuk menghangatkan. Pengobatan dengan kerokan ini
ternyata tidak hanya dikenal di masyarakat Jawa, tetapi sudah menyebar
ke daerah-daerah lain di Indonesia, bahkan sampai di luar negeri. Di
Vietnam, pengobatan ini disebut Cao Gio, di Kamboja disebut Goh Kyol
(rubbing the wind), di Cina disebut Gua Sha (Gua=menggosok/scraping,
Sha=racun/toksin), namun kebanyakan pengobatan ini di Cina menggunakan
batu Jade sehingga disebut Jade stone therapy, di Barat disebut coining
atau coin rubbing.
Pengobatan dengan kerokan ini dipercaya bermanfaat untuk keadaan yang
oleh masyarakat awam disebut masuk angin untuk menggambarkan keadaan
berupa rasa tidak enak badan, yang ditandai dengan perut kembung,
hidung berair, pegel linu, nyeri kepala, dan sebagainya. Ketika masuk
angin, kita menjadi kedinginan atau suhu tubuh menurun yang
mengakibatkan pembuluh darah di kulit mengalami penyempitan
(konstriksi) sebagai kompensasinya. Hal ini dilakukan tubuh agar
seluruh tubuh tidak ikut kedinginan. Konstriksi atau penyempitan itu
dapat mengakibatkan oksigenasi pada permukaan tubuh berkurang. Jika
oksigenasi pada permukaan tubuh (terutama bagian belakang) turun atau
berkurang, sekujur badan dapat terasa sakit. Selanjutnya, akan muncul
gejala bersin pertanda terjadi penurunan temperatur tubuh.
Menurut Dr. Koosnadi Saputra, DSR, akupunturis klinik, upaya untuk
meningkatkan panas di bagian belakang tubuh bisa berpedoman pada hukum
Einstein (E = mC2). Energi atau panas dihasilkan dari gesekan dua
benda. Kalau permukaan kulit tubuh digosok-gosok dengan tangan atau
suatu benda tumpul secara cepat, suhu tubuh pun akan meningkat. Panas
yang cukup tinggi menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah dalam
kulit. Otomatis peredaran darah menjadi lebih lancar dan oksigenasi
lebih baik sehingga rasa sakit di tubuh berkurang. Maka dari itu, metode pengobatan kerokan dapat menjadi salah satu perwujudan hukum Einstein.
Kerokan tidak menyebabkan rasa sakit jika dilakukan dengan benar.
Warna merah yang terjadi dapat dipakai sebagai pengukur berat ringannya
masuk angin, makin merah warnanya makin berat derajat sakitnya. Hasil
survei pada 390 responden di kota Solo menunjukkan bahwa 87% dari
responden yang berasal dari golongan bawah sampai atas yang
memanfaatkan dan merasakan kegunaan pengobatan ini merasa ketagihan. Di
Amerika, pengobatan ini mengundang perdebatan dan oleh tenaga kesehatan
Amerika dikatakan bahwa tindakan ini adalah abuse. Namun, penelitian
yang dilakukan oleh dr. Didik Gunawan Tamtomo, seorang dosen fakultas
kedokteran di Surabaya terhadap jaringan
biopsi kulit sesudah kerokan menunjukkan bahwa tidak terdapat kerusakan
kulit, yang ada hanyalah reaksi inflamasi/radang.
Inflamasi/radang adalah reaksi dari suatu jaringan hidup yang mempunyai
vaskularisasi (manifestasi sistem pembuluh darah) terhadap trauma
(injury) lokal dan merupakan suatu proses kompleks meliputi perubahan
pembuluh darah, jaringan ikat, dan interaksi berbagai jenis sel.
Inflamasi bertujuan untuk menetralisir agen penyebab trauma dan
membersihkan jaringan mati, sehingga dapat dicapai penyembuhan dan
perbaikan tubuh. Jadi, inflamasi merupakan salah satu komponen
penyembuhan.
Inflamasi mempunyai tanda-tanda yang khas, yang diantaranya adalah
warna merah (dalam kedokteran disebut rubor) yang terjadi karena
jaringan yang meradang menjadi mengandung banyak darah akibat
kapiler-kapilernya melebar dan kapiler-kapiler yang sebelumnya
kosong/menyempit menjadi berisi darah juga, akibatnya sirkulasi darah
meningkat dan memberikan warna kemerahan; dan timbul rasa panas (dalam
kedokteran disebut calor) yang dapat meningkat 0,5-20C yang terjadi
akibat sirkulasi darah yang meningkat. Jadi, telah jelaslah mengapa
ketika dikerok warna kulit dapat berubah menjadi merah. Hal ini akibat
salah satu tanda khas dari reaksi inflamasi yang ditimbulkan melalui
kerokan.
Pada reaksi inflamasi, juga terjadi pengeluaran mediator inflamasi
seperti IL-1, TNF, histamin, beta endorfin, dan sebagainya serta
penurunan PGE2, bradikinin, dan C3.
IL-1
dan TNF berfungsi sebagai petanda bahwa telah terjadi reaksi fase akut,
yaitu inflamasi lokal akibat kerokan yang ditandai dengan kemerahan dan
panas, selain itu juga mengaktivasi sel-sel darah sehingga sirkulasi
darah meningkat. Histamin penting di awal proses inflamasi.
Penelitian mengenai manfaat kerokan yang dilakukan di bawah bimbingan
tiga Guru Besar Fakultas Kedokteran di Surabaya menyimpulkan bahwa kerokan
dapat menyebabkan kenaikan kadar beta-endorfin sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri otot (mialgia) dan mengakibatkan penderita merasa
lebih enak dan segar, serta merangsang organ viscera, terutama
paru-paru dan jantung sehingga penderita bisa bernapas lebih enak dan
lega, peredaran darah juga menjadi lebih baik. Kadar PGE2
(Prostaglandin E2) dan bradikinin yang menurun menyebabkan mialgia
berkurang karena kenyataannya, PGE2 merupakan biang kerok penyebab
mialgia (nyeri otot). Jika PGE2 naik maka akan meningkatkan kepekaan
nosiseptor yang disebut sentra sensitisasi, sehingga kita menjadi
sensitif terhadap tekanan dan menimbulkan rasa nyeri. Jadi, jika kadar
PGE2 bisa diturunkan, maka rasa nyeri tersebut juga akan berkurang.
Tinggi rendahnya kadar PGE2 akan mempunyai korelasi dengan berat
ringannya mialgia. Bradikinin dan C3 merupakan zat yang dapat
meningkatkan permeabilitas vaskuler.
Bagaimana membuat pola kerokan yang baik?
Para ahli akupunktur berpendapat bahwa sebaiknya alat kerok melewati
titik akupuntur agar saraf motorik dapat terangsang, sehingga dapat
memperlancar sirkulasi darah.
Pola umum kerokan biasanya membentuk garis-garis lurus dari atas ke
bawah dan miring di sisi kiri-kanan ruas-ruas tulang belakang ataupun
pada leher bagian belakang. Pada tubuh kita terdapat sekitar 360 titik
akupuntur utama yang berhubungan dengan organ penting. Begitu pun pada
tubuh bagian belakang, terdapat titik-titik yang berhubungan dengan
organ dalam tubuh (organ viscera).
Dengan pola kerokan yang benar, titik-titik akupuntur dapat dicapai dengan sempurna.
Kerokan jarang dilakukan pada tubuh bagian depan karena kurang berguna. Untuk mengusir masuk angin, yang efektif adalah mengerok daerah bagian belakang tubuh dan leher.
Dengan pola kerokan yang benar, titik-titik akupuntur dapat dicapai dengan sempurna.
Kerokan jarang dilakukan pada tubuh bagian depan karena kurang berguna. Untuk mengusir masuk angin, yang efektif adalah mengerok daerah bagian belakang tubuh dan leher.
Tindakan kerokan searah yang diulang-ulang merupakan gerakan
memperkuat. Sampai sejauh mana kekuatan tekanannya tidak ada batasan
tertentu. Yang penting tak sampai melukai. Tiap orang memiliki kepekaan
kulit dan daya tahan terhadap rasa sakit yang berbeda-beda. Karena itu,
ada yang dikerok pelan saja sudah meringis kesakitan. Tapi tak jarang
ada yang justru minta dikerok kuat-kuat sampai kulit berwarna merah
padam. Padahal tak ada aturan hasil kerokan harus sampai merah padam.
Jadi, kerokan merupakan upaya mengusir masuk angin dengan cara
meningkatkan panas (calor) akibat sirkulasi darah yang meningkat
sehingga memberikan warna kemerahan (rubor), dan bukan mengeluarkan
angin lewat pori-pori kulit. Bagi masyarakat awam, kerokan sering
dipahami sebagai cara untuk “mengeluarkan angin” dari tubuh lewat
pori-pori kulit. Padahal, angin atau udara tidak pernah masuk atau
keluar lewat pori-pori kulit. Angin hanya bisa masuk atau keluar lewat
organ pernapasan dan pencernaan. Lalu, hal yang patut diingat dan
dilakukan bila Anda sudah kerokan adalah tidak mandi karena setelah
kerokan terdapat peningkatan panas yang menyebabkan pori-pori kulit
dalam kondisi terbuka. Lebih baik, sekalah kulit dengan lap basah (yang
dicelupkan pada air hangat lalu diperas). Jika langsung dengan air
dingin, sel-sel tubuh yang masih panas akibat kerokan akan terkaget
bersentuhan dengan air dingin dan dapat membuat sel-sel tubuh tidak
stabil.
Selain itu, Anda juga harus ingat bahwa kerokan hanyalah sebuah langkah
pencegahan. Anda tetap harus ke dokter untuk mengkonsultasikan kondisi
tidak enak badan Anda bila sakit Anda tidak kunjung sembuh atau
bertambah parah. Selama sakit, lakukanlah hal-hal yang dapat membantu
kesembuhan Anda, seperti banyak minum air putih, mengkonsumsi makanan
dan minuman hangat yang bergizi, serta istirahat dan tidur secukupnya.
Dari berbagai sumber